Masturbasi oleh Sy Roger

Masturbasi oleh Sy Roger

Masturbasi suatu kata yang membawa ingatan kita pada bayangan gelap tentang rasa bersalah dan ketidakpastian. Bagi banyak orang, membahas tentang masturbasi tidaklah menyenangkan dan mereka lebih suka tidak membicarakannya. Tetapi sebagai makhluk seksual, ‘masalah’ ini akan selalu kita hadapi.

Masturbasi adalah pengalaman umum bagi banyak orang. Walaupun demikian hanya sedikit yang berani mengakuinya.  Alasan-alasan melakukan masturbasi memang berbeda-beda, namun pengalaman ini biasanya dilakukan untuk melepaskan ketegangan seksual. Hal ini dilakukan khususnya oleh   1) kaum muda-mudi ketika dorongan-dorongan seksual kuat,   2) mereka yang sudah menikah tetapi persetubuhan yang wajar tidak dapat dilakukan,   3) mereka yang berada dalam penjara atau lembaga-lembaga lainnya di mana homoseksualitas merupakan pilihan satu-satunya.

Masturbasi sering ditemukan di antara orang-orang Kristen yang baru percaya dan juga di antara yang sudah lama percaya.  Tidak semua yang bergumul dengan masturbasi berasal dari latar belakang kehidupan yang bermoral rendah. Cukup banyak orang Kristen yang setia juga bergumul dengan perilaku ini. Singkatnya, masturbasi umum dilakukan ketika persetubuhan yang wajar tidak mungkin dilakukan untuk suatu jangka waktu tertentu. Pada kasus ekstrem, masturbasi rutin atau masturbasi kompulsif adalah gejala pergumulan emosi yang seringkali berkaitan dengan identitas diri dan harga diri dari orang yang melakukannya.

Diam
Masturbasi bukan masalah yang dibicarakan dalam percakapan sehari-hari. Walaupun demikian, kita benar-benar memerlukan pandangan Alkitab mengenai aktivitas seksual yang soliter (menyendiri) ini.  Anehnya, tidak seperti masalah tingkah laku seksual lainnya, Alkitab membisu terhadap masturbasi.  Setiap orang Kristen pasti akan heran mengapa Allah yang memberikan kepada kita lebih dari 30 hukum khusus mengenai tingkah laku seksual, tetapi Dia tidak berkata sepatah kata pun mengenai masalah masturbasi!

Ayat-ayat Alkitab seperti I Korintus 6:9, “orang cabul, …orang berzina, …orang pemburit, …”,  Kejadian 38:9-10, “… Onan membiarkan maninya terbuang…”, dan I Korintus 6:13, “…tubuh bukanlah untuk percabulan… “, sering dipakai untuk mencela tindakan seks ini.  Tetapi setelah mempelajari ayat-ayat tersebut secara kontekstual (saksama), terbukti bahwa yang dibicarakan dalam ayat-ayat tersebut bukanlah masalah masturbasi. Beberapa orang mengatakan bahwa percabulan (imoralitas seksual) mencakup masturbasi, dan mungkin memang demikian. Tetapi kesimpulan ini ditarik dengan menganggap bahwa ayat-ayat tersebut mencakup masturbasi padahal masturbasi tidak tertulis secara harfiah dalam Alkitab.

Dosa?
Haruskah kita berkata bahwa masturbasi adalah dosa padahal Alkitab tidak berkata apa-apa tentang hal itu? Dalam pengalaman saya, saya selalu menganggap masturbasi seperti halnya merokok. Merokok tidak tertulis secara harfiah sebagai dosa, tetapi kita semua tahu bahwa merokok dapat mengakibatkan tubuh kita menjadi rusak… dan Allah berfirman bahwa jika kita dengan sengaja merusak tubuh kita maka kita berdosa.  Bukankah Dia yang menciptakan tubuh kita?  Saya rasa ada hubungan antara masturbasi dengan dosa, karena itu saya berpikir, “Mengapa mengambil resiko yang dapat merusak hubungan saya dengan Allah?”

Kesucian
Allah tidak membiarkan kita hidup tanpa peraturan-peraturan moral. Yang penting di sini pada dasarnya adalah masalah kesucian moral. Alkitab berkata bahwa hati manusia adalah sumber dari segala perilaku kejahatan, termasuk dosa seksual… Kita tahu bahwa seseorang dapat bernafsu berahi dalam hatinya dan jatuh ke dalam dosa, walaupun dia tidak melakukan tindakan seksual tersebut secara perbuatan (nyata).

Karena tindakan masturbasi bergantung pada khayalan-khayalan seksual, maka terdapat resiko yang sangat besar bagi kita untuk jatuh ke dalam dosa di dalam hati. Yesus berkata  “Setiap orang yang memandang perempuan serta menginginkannya, sudah berzina dengan dia di dalam hatinya.” (Matius  5:28)  Hal ini karena nafsu berahi seringkali berasal dari khayalan-khayalan seksual.  Dan kita diperintahkan untuk lari dari nafsu berahi yang demikian.

Malu
Karena adanya ketidakpastian yang menyertai tindakan seks ini maka rasa bersalah, malu dan kekosongan jiwa hampir selalu timbul setelah seseorang melakukan tindakan seks ini. Perasaan-perasaan seperti menyalahkan diri sendiri, memandang rendah diri sendiri dan minder sebagai akibat dari masturbasi, merampas sukacita dan damai sejahtera yang kita miliki bersama Allah.  Terlepas dari apakah masturbasi benar-benar merupakan dosa atau tidak, pada akhirnya hampir setiap pelakunya merasa sedemikian bersalah seperti halnya ketika dia berbuat dosa.  Ada pula orang-orang yang berpandangan bahwa perasaan bersalah ini berasal dari keberatan-keberatan etika yang ada dalam masyarakat.  Karena itu menurut mereka masturbasi seharusnya didukung dan bukannya dicela.

Bersalah?
Jika kita melakukan masturbasi, maka kita akan merasa sangat bersalah. Kita harus menyelidiki mengapa kita merasa demikian. Rasa bersalah yang sejati, yaitu keyakinan berdosa yang ditegaskan di dalam hati nurani kita oleh Roh Kudus, sangatlah baik karena dengan demikian kita menjadi sadar akan dosa kita dan kita terdorong untuk kembali kepada jalanNya.  Keyakinan dalam diri kita ini mendorong kita datang kepada Allah untuk mendapatkan pengampunan dan penyucianNya, sehingga persekutuan kita denganNya dipulihkan. Akibatnya, sukacita dan damai sejahtera kembali kita miliki.

Perasaan bersalah yang palsu, atau perasaan yang menyalahkan diri sendiri, berasal dari Iblis. Iblis ingin agar kita tertekan oleh perasaan-perasaan demikian sehingga kita kehilangan segala harapan dan nyali lalu kita menjadi putus asa. Orang yang melakukan masturbasi menjadi mangsa yang empuk bagi Iblis.  Saya percaya bahwa sebagian orang yang melakukan masturbasi mempunyai kecenderungan ingin ‘merasakan’ perasaan bersalah ini. Jelaslah bahwa satu-satunya jalan yang pasti untuk menghindari perasaan yang menyalahkan diri sendiri ialah dengan menghindari masturbasi! Berhenti bermasturbasi adalah tujuan akhir yang harus dicapai.

Keinginan untuk memuaskan dorongan seksual merupakan hal yang alami. Ini merupakan pemberian Allah.  Kita semua diciptakan dengan potensi seksual. Namun selaku orang Kristen, kita tahu bahwa seks harus dijaga dan dinikmati hanya dalam pernikahan yang sah.  Sebelum menikah, kita harus menghadapi keinginan-keinginan seksual kita dalam bentuk yang tidak berdosa. Allah sanggup menyalurkan cara yang tidak berdosa. Allah sanggup menyalurkan kekuatan ini pada arah yang positif dan bertanggung jawab demi kebaikan kita dan kemulian-Nya.

Pengarahan ini dimungkinkan ketika kita mulai belajar menjadi dewasa di dalam Kristus, yaitu ketika kita menyerahkan diri kita sepenuhnya kepada Roh Kudus agar Dia membentuk kehidupan kita. Pendewasaan, termasuk perkembangan tanggung jawab terhadap masalah-masalah seks, mungkin  tidaklah terjadi dalam sekejap.  Tetapi kita bersyukur kepada Tuhan karena anugerah-Nya yang melindungi kita selama proses pendewasaan diri kita. Anugerah-Nya ini, bukanlah semacam izin untuk berbuat dosa, tetapi sesungguhnya menjaga kita sampai kita menjadi sempurna dalam setiap segi kehidupan.  Anugerah-Nya memberi kesempatan kepada kita dan mendorong kita untuk bertumbuh.

LANGKAH – LANGKAH
Berikut ini adalah langkah-langkah yang dapat Anda ambil untuk melepaskan diri dari ikatan masturbasi:

  • Membangun hubungan dengan orang lain. Kita lebih rapuh terhadap masturbasi waktu kita menyendiri.
  • Carilah kelompok support dan akuntabilitas. Saudara tidak bisa bertumbuh sendirian.
  • Dekatkan diri Anda kepada Allah! Tak ada cara hidup sukses sebagai orang Kristen selain dengan hidup bergantung sepenuhnya kepada Allah.  Mintalah Roh Kudus untuk mendorong Anda agar Anda dapat hidup dalam persekutuan yang taat dan penuh kasih denganNya. Izinkanlah Dia membongkar ketidaksucian yang masih ada pada diri Anda.  Camkanlah: Dia selalu mengasihi Anda!
  • Kembangkanlah pengendalian diri!  Disiplin dan pengendalian diri merupakan dua buah bukti dari pengaruh-pengaruh dari pekerjaan Roh Kudus.  Penguasaan diri juga sangat penting dalam setiap segi kehidupan kita!  Ingatlah, Anda adalah milik Yesus dan tubuh Anda bukanlah milik Anda lagi.  Tolaklah godaan dan katakanlah “tidak” kepada pikiran-pikiran yang kotor.  Kejarlah kebaikan dan larilah dari segala yang jahat!  Jika Anda tergoda lagi, ceritakanlah hal itu kepada Allah, dan juga kepada seorang sahabat Kristen atau pembimbing rohani.  Pengakuan yang bijaksana mengenai kesalahan dan kelemahan kita seringkali memberikan kepada kita keberanian dan kekuatan ketika kita berada dalam kesulitan.
  • Jagalah pikiran Anda!  Jagalah ke mana pikiran Anda mengembara dan tolaklah apa yang tidak baik bagi mata Anda.  Hindarilah semua hal (musik, buku, majalah, poster, film dsb.) yang dapat merangsang dan mengotori pikiran Anda serta membawa dan menjerumuskan Anda ke dalam godaan.
  • Perbaharuilah pikiran Anda!  Apa yang Anda masukkan ke dalam pikiran Anda?  Berilah waktu untuk membaca dan menghafalkan ayat-ayat Alkitab. Selidiki dan renungkan prinsip-prinsip dari Allah di dalamnya.  Ingatlah, Firman Allah tidak pernah habis, karena itu milikilah sebanyak-banyaknya.
  • Tetapkanlah target-target!  Ditambah dengan langkah-langkah di atas, tetapkanlah target-target bagi Anda.  Kurangi keseringan bermasturbasi tahap demi tahap.  Jadilah orang yang berpendirian teguh!  Carilah pembimbing!  Jika masalah Anda adalah masturbasi kompulsif maka sebaiknya Anda mencari pembimbing Kristen yang dapat Anda percayai.  Janganlah Anda merasa malu untuk mengungkapkan masalah ini kepadanya.  Anda mengungkapkan hal ini demi memperoleh pemecahannya dan tindakan ini merupakan usaha yang baik.  Janganlah izinkan gengsi dan ketakutan menghalangi Anda serta membuat Anda mundur dalam mencari pemecahan masalah ini.
  • Akhirnya, jika Anda bermasturbasi lagi, jangan biarkan diri Anda menjadi tawanan dari perasaan menyalahkan diri sendiri.  Ingatlah selalu, bahwa Allah mengasihi Anda.  Dia tidak menyelamatkan Anda agar kemudian Dia dapat menolak Anda hanya karena Anda bermasturbasi lagi. Mintalah kepada Allah agar Dia mengampuni Anda dan membersihkan Anda.  Lupakanlah apa yang sudah terjadi dan pandanglah terus ke depan, kepada Allah, dan percayalah kepadaNya, bahwa “la yang memulai pekerjaan yang baik di antara kamu, akan meneruskannya sampai pada akhirnya pada hari Kristus Yesus” Filipi 1:6.
Kontak Kami logo Donasi

© PancaranAnugerah.ORG. All Rights Reserved. Designed by HTML Codex