Ada satu masa dalam kehidupan saya, di mana saya bergumul hebat karena masalah disfungsi seksual, kecanduan dan gangguan mental. Selama 18 tahun, saya menghadapi masalah-masalah ini sendirian, tanpa peluang untuk berbicara dengan seseorang yang mengerti apa yang saya rasakan dan lawan. Terus terang, saya tidak mengerti bagaimana saya bisa tetap beriman selama tahun-tahun tersebut. Jelaslah itu karena anugerah Allah.
Kebutuhan saya dipenuhi melalui Living Well, di mana akhirnya saya menemukan tempat yang membuat saya merasa aman dan dimengerti untuk membawa pergumulan saya dengan ketertarikan terhadap sesama jenis beserta rasa tidak aman rohani yang kuat akan kasih Allah bagi saya dikarenakan kecenderungan seksual yang salah tersebut. Apa yang saya jalani sama sekali bukan soal disembuhkan. Keterlibatan dalam Living Well lebih besar dan lebih penting daripada itu. Living Well adalah tempat yang mengizinkan saya untuk menemukan diri saya, keadaan saya yang hancur, pemikiran dan perilaku saya yang tidak sempurna—dan menemukan hadirat Yesus yang menyertai saya, membimbing saya melalui semua pergumulan, dan dalam kasih, pengertian serta kepercayaan-Nya yang terus menerus, Dia menyatakan bahwa saya ini lebih daripada yang saya pikirkan tentang diri saya sendiri. Dari konteks inilah, penyembuhan—atau, lebih tepatnya, transformasi—akan terus terjadi.
Kuasa dosa seringkali terletak dalam kerahasiaannya. Yesus mengundang saya ke luar dan masuk ke dalam terang, bukan untuk dihukum dan dijadikan tontonan, tetapi diampuni dan dipulihkan. Lengan Bapa yang terbuka dari perumpamaan Yesus tentang anak yang hilang adalah pengalaman yang saya temukan melalui Living Well. Saat saya berani untuk membawa diri saya yang hancur dan bingung, saya disambut dengan tempat yang aman dan dukungan yang penuh cinta yang hingga sekarang bahkan mengizinkan saya untuk melanjutkan perjalanan transformasi dan pemulihan ini.
Hal yang saya telah pelajari sebagian adalah sebuah proses. Tetapi yang lebih penting ialah saya sudah mendapatkan pemahaman akan belas kasihan dan kesediaan Allah untuk menyertai saya, untuk sungguh-sungguh mengasihi saya dan seringkali untuk menggendong saya selama perjalanan pemulihan itu (bacalah Yesaya 46:4). “Dipulihkan” bukan lagi menjadi fokus saya. Hal yang transformatif adalah kehancuran saya tidak lagi memiliki kuasa untuk mengusir saya ke luar dari hadirat Allah karena rasa malunya. Dengan mempelajari kasih Allah yang tidak bersyarat bagi saya dan bagi kehancuran saya, saya dimampukan untuk berada dalam sebuah tempat di mana pertumbuhan sejati, pemulihan dan relasi yang sehat dapat terjadi.
Living Well bukanlah sebuah program bagi saya. Living Well adalah suatu cara memikirkan dan melihat diri saya dalam Allah dan hal itu membawa kebebasan dan pengharapan, serta pengenalan yang tidak tergoyahkan bahwa Allah beserta saya dan saya bersama Dia. Hanya di dalam konteks inilah pemulihan sejati dapat datang.
© PancaranAnugerah.ORG. All Rights Reserved. Designed by HTML Codex